Disclaimer

Blog ini berisikan tentang materi dan konten dewasa, sehingga hanya boleh dikunjunngi oleh mereka yang berusia 18 tahun keatas.
Kami percaya, manusia pada usia itu sudah cukup matang untuk mempertanggung jawabkan semua hasil perbuatannya, baik itu perbuatan yang positif maupun negatif.
Kehadiran BLOG ini dimaksudkan hanya sebagai penambah wawasan erotisme belaka, tidak dimaksudkan untuk mendorong pengunjungnya berbuat diluar norma dan adat yang berlaku ditempat tinggal pengunjung.
Segala tindakan pengunjung diluar tanggung jawab kami sebagai admin dalam blog ini.
terima kasih.

Jumat, 29 Juli 2011

RAHASIA SEMASA KULIAH


Sebut saja nama saya Ari. Sudah menikah dan punya 1 orang anak. Saya tinggal diwilayah yang masuk sebagai wilayah Bogor tapi saya bekerja di Jakarta. Sebelum saya menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah saya alami, saya minta maaf kalau cara saya bercerita tidak begitu bagus karena saya memang bukan penulis. Awalnya adalah ketika saya kuliah di Bandung dan jauh dari orangtua. Karena jauh dari ortu maka saya berpikir inilah kesempatan bagi saya untuk mencoba pengalaman-pengalaman baru terutama tentu saja soal seks. Dari info2 yang saya terima dari teman-teman yang berpengalaman, saya tau banyak hal-hal yang berkaitan dengan seks. Penyewaan LD porno ( waktu itu belum jaman VCD hehehe ), majalah, stensilan, tempat perempuan yang bisa diajak gituan, tempat jual obat kuat, obat tidur, alat kontrasepsi ( kalo ini mah dimana2 juga banyak ). Kalo soal gaya dan posisi2 seks itu sih belajarnya dari film. Saya sendiri masih perjaka saat itu dan sudah sangat ingin melepaskan keperjakaan saya ( hehehe... ). Sayangnya setelah kuliah 1 semester, saya belum dapat pacar juga. Maklum kampus saya adalah kampus teknik ternama yang 90% isinya cowok jadi ya persaingannya ketat. Saya sendiri bukan termasuk cowok yang beruntung alias gak kebagian cewek sekampus bahkan ya itu tadi tidak punya pacar. Padahal saya udah dapat banyak "ilmu" dari teman-teman saya terutama dari Rashid, teman kosku yang sudah ambil tugas akhir. Dia kuliahnya beda jurusan tapi masih sekampus. Saya bahkan sudah diajari olehnya bagaimana cara bisa berhubungan seks dengan pacar kita tanpa memaksanya meski awalnya dia tidak mau. Ajaran itu tidak ajaib-ajaib amat karena modalnya cuma obat tidur atau obat perangsang tergantung situasinya. Trik yang berbahaya memang tapi kagak bisa juga dipraktekin juga ( karena kejombloanku itu ). Namun akhirnya berkat trik itu, aku memang bisa melepaskan kerperjakaanku tapi rupanya trik itu menjadi senjata makan tuan. Berkat trik dari Rashid itu aku berhasil menyetubuhi Rani, pacar Rashid sendiri, dan sampai kini Rashid tidak mengetahuinya. Itupun bukan aku yang melakukan trik tersebut tapi Kamil, anak kost satu lagi teman kita berdua, dan aku cuma kecipratan "getah" enaknya saja.

Ceritanya Rashid itu doyan gonta-ganti pacar dan sepertinya setiap pacarnya pasti pernah dia setubuhi. Di tahun terakhir kuliahnya dia punya pacar serius, namanya Rani. Dibilang serius karena kata Rashid dengan Rani inilah dia ingin menikah. Di mata Rashid, Rani adalah cewek yang sempurna. Kalau dari segi fisik, Rani memang seksi, cantik, putih dan montok. Payudaranya lumayan menantang dengan pinggul dan perut yang ramping. Rambut panjang dengan wajah yang menawan. Rani sering berkunjung ke kamar kost Rashid. Entah datang sendiri atau datang bersama Rashid. Mungkin Rashid meenjemputnya terlebih dahulu karena Rani kuliah di universitas yang berbeda. Rasanya setiap kali Rani datang berkunjung, mereka selalu "main" dalam kamar Rashid. Itu ditandai dari suara rintihan Rani yang sering terdengar ketika sedang disetubuhi oleh Rashid. Meski setiap kamar kost di rumah itu cukup besar tapi tetap saja ada suara yang terdengar ketika mereka sedang bersetubuh. Malah terkadang ada suara jeritan dari Rani ketika dia mencapai puncak kenikmatannya. Biasanya setelah itu kegaduhan mereka berakhir dan itu artinya mereka telah selesai atau telah tertidur. Tapi jika Rashid hasratnya sedang menggebu-gebu maka dia akan menyetubuhi Rani terus menerus seperti kuda liar sepanjang siang atau sepanjang malam tergantung waktu kedatangan Rani. Ini ditandai dengan suara rintihan Rani yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus dari arah kamar Rashid. Tidak jarang Rani sampai bermalam di kamar Rashid meski tidak pernah sampai berhari-hari. Demikianlah, Rashid si raja sesat, begitu kami menyebutnya dan kegiatan birahinya dengan Rani. Kami dua anak kost yang lain hanya bisa maklum dan mencemburui "keberuntungan" Rashid. Oh ya di rumah itu hanya ada 3 kamar kost yang diisi oleh Rashid, Kamil dan aku. Kamil juga sudah punya pacar tapi pacarnya itu sangat alim sehingga menolak melakukan hal-hal yang "aneh-aneh". Tapi Kamil juga sudah tidak perjaka. Dia melakukan seks pertama kali sejak SMA dan di tahun-tahun awal kuliah pun dia punya pacar di kota asalnya Jakarta dimana mereka selalu bercinta setiap kali bertemu. Hubungan mereka akhirnya kandas setelah pacarnya itu selingkuh dan punya cowok lain. Kamil juga berasal dari kampus yang sama dengan kami dan dia setahun belakangan masuk kuliahnya dari Rashid. Jadi mereka berdua adalah seniorku meski dua-duanya beda jurusan dari aku. Baik Rashid, Rani dan Kamil ketiganya berasal dari Jakarta.

Hari itu Rashid mengerjakan tugasnya di kampus sampai malam sedang aku dan Kamil asik mengobrol saja di depan kamar masing-masing. Pukul 8 malam, Rani datang dan menyapa kami. Kamil mengatakan bahwa Rashid masih di kampus dan kemungkinan akan pulang tengah malam. Mendengar itu Rani mengatakan akan menunggu di kamar Rashid saja. Mungkin Rashid belum memberitahunya sehingga Rani datang "terlalu cepat". Jaman itu komunikasi belum selancar sekarang karena belum jamannya HP maupun pager. Rani pun masuk ke dalam kamar Rashid dan menunggu pacarnya itu pulang. Rani memang punya kunci cadangan Rashid sehingga leluasa keluar-masuk kamarnya. Dan itu sering dilakukannya apalagi saat-saat itu ketika Rashid sibuk mengerjakan proyek tugas akhirnya di kampus. Hal ini sebenarnya tidak dibolehkan oleh ibu kost kami tapi ibu kost kami tidak mengetahuinya. Ibu kost sebenarnya melarang kami membawa tamu perempuan tapi dia tidak pernah mengontrol kegiatan kami di kamar masing-masing. Ketiga kamar kost kami ada diatas dan memiliki pintu belakang yang tidak bisa dilihat dari arah rumah utama dimana keluarga ibu kost tinggal.

Sejam kemudian, pukul 9 malam, aku dan Kamil masuk kamar masing-masing dan melakukan kegiatannya sendiri-sendiri. Sekitar pukul 10 malam aku turun kebawah maksudnya ingin mengambil air panas untuk membuat susu. Ketika aku di dapur aku mendengar ibu dan bapak kost sedang ada tamu. Aku bisa mendengar percakapan mereka. Dari pembicaraan yang kudengar sepertinya tamu tersebut adalah bapak dan ibunya Rashid. Wah gimana ini, pikirku. Mereka pasti akan naik ke kamar Rashid dan kalau sampai memergoki Rani didalamnya, bisa gawat urusannya. Aku tidak jadi mengambil air panas dan segera keatas dan berpikir untuk memberitahu Kamil. Biar dia yang memberitahu Rani karena dia lebih senior dari aku dan dia yang lebih mengenal Rashid serta Rani. Aku mengetuk kamar Kamil dan begitu dia membuka pintu aku segera memberitahu situasinya. Dia berpikir sebentar. Kemudian dia bukannya keluar untuk memberitahu Rani, malah masuk kembali ke kamarnya. "Tunggu sebentar", katanya. "Wah, gimana sih, kok malah masuk lagi", kataku. "Sebentar Ri", katanya lagi dari dalam kamarnya. Rasanya agak lama juga aku menunggu sampai akhirnya dia keluar sambil nyengir. "Ngapain bos?", tanyaku. "Ah enggak ga apa-apa", jawabnya. Kita ke kamar Rashid lalu Kamil pun mengetuknya. Tidak langsung dibuka sehingga Kamil harus mengetuknya lagi. Sementara itu di ujung bawah tangga sudah terdengar suara percakapan. Dari suaranya, aku segera tahu bahwa itu adalah suara bapak-ibunya Rashid dan bapak kost kami. Gawat, ini benar-benar gawat. Aku dan Kamil saling berpandang-pandangan dengan panik. "Ri, do something, lo kesana cegat mereka!", kata Kamil. "Trus ngapain?", tanyaku kebingungan. "Ngapain kek, ajak ngobrol kek, yang penting mereka jangan naik dulu. Udah kesono cepetan", perintahnya. Maka akupun berlari turun berpura-pura mau mengambil air panas dan dibawah diujung tangga aku bertemu mereka. Aku memang berhasil menahan mereka beberapa saat. Aku beritahu bahwa Rashid masih di kampus mengerjakan tugas sehingga bapak kost terpaksa balik ke depan untuk mengambil kunci cadangan. Sambil menunggu bapak kost, aku bercerita bahwa Rashid sedang sibuk karena tugas akhir yang dikerjakannya. Setelah bapak kost kembali dengan kunci cadangan, aku tidak bisa menahan mereka lebih lama karena mereka memang ingin segera naik. Aku juga tidak ingin menimbulkan kecurigaan dengan menghalang-halangi mereka naik.

Di bawah segera setelah aku mengisi termos kecilku akupun naik kembali ke atas. Di atas aku lihat bapak kost baru saja membuka pintu kamar Rashid dan menyilahkan kedua orang tua Rashid untuk masuk. "Hufff....sukurlah", pikirku, "situasinya sudah terselamatkan. Hampir saja". "Eh tapi kemana mba Rani ya?". Tidak mungkin dia keluar lewat pintu belakang karena aku tidak mendengar suara pintu belakang dibuka. Apalagi pintu belakang sudah digrendel. Setiap jam 9 malam, pintu belakang pasti di grendel sama orang rumah. Disamping itu dari arah ujung tangga bawah siapapun yang keluar masuk lewat pintu belakang pasti akan terlihat oleh orang tua Rashid dan bapak kost. Jadi kemana mba Rani ya?.

Pintu kamar Rashid telah ditutup dan aku mendengar suara orangtua Rashid yang entah mengomentari apa dalam kamar anak mereka. Aku juga tidak melihat Kamil. Apa mba Rani ngumpet di kamar Kamil? Yah pasti begitu, pikirku. Cuma itu kemungkinan yang paling baik dan paling masuk akal. Begitulah analisaku. Aku segera menemukan jawabannya karena Kamil keluar dari kamarnya menemuiku yang masih sibuk mengamati keadaan. Dia merangkulku dan membawaku agak menjauh. Dia berbicara padaku dengan suara pelan nyaris berbisik.

"Ri, lo jangan bilang Rashid ya kalo Rani kesini malam ini?", katanya.
"Loh, kenapa?", tanyaku heran.
"Pokoknya jangan deh", katanya lagi tersenyum nakal.
"Iya tapi kenapa? Emangnya ada apa?", tanyaku lagi masih tidak mengerti.
"Gini aja deh. Lo jangan bilang Rashid dan gue janji 1 atau 2 jam lagi lo akan dapat kejutan istimewa".
"Kejutan apaan sih? Gak ngerti ah!", kataku lagi. Dalam hati rasanya aku mulai mengerti akan rencana "busuk" Kamil tapi aku masih belum yakin. Apakah dia akan.....? Ah tidak, tidak mungkin. Kamil dan Rashid berteman baik, tidak mungkin Kamil sampai tega melakukannya. Tapi kalau soal urusan nafsu, siapa yang tahu. Ah sudahlah aku ikuti saja kemauan Kamil dan menunggu perkembangannya.

Kami berdua masuk kamar dan sebelum masuk kamar Kamil mengedipkan matanya padaku. Aku menunggu dengan berdebar-debar dalam kamar. Apakah mereka akan melakukannya? Apakah Rani mau mengkhianati Rashid? Semudah itu? Dan bagaimana caranya? Lalu setelah mereka selesai maka benarkah setelah itu giliranku agar aku tutup mulut. Begitukah? Wah...kalau benar begitu maka inilah malam dimana aku kehilangan keperjakaanku. Bagaimana kalau sampai Rashid tahu? Pikiran-pikiran itu memenuhi otakku sambil menunggu dengan harap-harap horny. Hehehehe...

Tidak sampai 1 jam rasanya aku mendengar suara-suara "aneh" dari kamar Kamil. Suaranya seperti suara rintihan yang teredam. Aku mendengar terus dengan seksama. Yak, aku yakin itu suara Rani dan sepertinya Kamil sudah berhasil menyetubuhinya. Aku mengenal dengan baik suara rintihan Rani jika sedang disetubuhi oleh Rashid. Tapi kali ini bukan Rashid yang melakukannya tapi teman baiknya, Kamil. Dan aku terlibat dalam persekongkolan itu. Ada rasa bersalah terhadap Rashid tapi nafsuku lebih menguasaiku. Ini juga sebagai pelajaran bagi Rashid yang suka memamerkan pacarnya sama kami. Lagian kan dia juga yang mengajarkan sama kita bagaimana cara mendapatkan cewek hingga menidurinya. Duh, aku tidak sabar menunggu giliranku. Sudah 15 menit sejak aku mendengar suara rintihan Rani dan sepertinya suara rintihan itu sudah hilang. Apakah mereka sudah selesai? Bagaimana kalau mereka tertidur? Wah...bisa-bisa aku gak "kebagian". 

Karena mendapat pikiran seperti itu, aku segera bangkit dan keluar kamarku. Aku mengetuk kamar Kamil dengan pelan. Tak lama aku dengar suara Kamil dari dalam kamarnya. "Siapa?", tanyanya pelan. "Gue, Ari", jawabku juga dengan pelan. Dia membuka pintunya sedikit dan aku lihat wajahnya yang meski agak memerah tapi tersenyum sumringah. "Udah gak sabaran lu ye?", katanya sambil membuka pintu lebar menyilahkan aku masuk. Ternyata Kamil bertelanjang bulat dan tidak mengenakan apapun di tubuhnya. Badannya penuh keringat dan kontolnya masih basah yang meski sudah agak melemas tapi masih terlihat tegang. Namun yang paling menarik perhatianku adalah pemandangan yang tersaji di atas ranjang Kamil. Seorang mahluk cantik yang sangat seksi bertelanjang bulat dengan tubuh putihnya nan indah penuh dengan keringat yang memantulkan cahaya kamar sehingga memperlihatkan erotisme yang luar biasa. Tubuh indah itu pasti mengundang birahi setiap lelaki normal yang memandangnya.

Rani tersenyum agak malu melihatku. Dia merubah posisinya yang tadinya telentang lalu kemudian melipat kakinya menutup veggynya. Dia juga berusaha menutup payudaranya dengan tangannya. Aku masih terdiam dan melongo. Beberapa kali aku menelan ludah menyaksikan keindahan tubuhnya. Tingkahku itu mungkin membuat Rani menjadi grogi. "Hey...kenapa bengong? Baru pertama lihat cewek telanjang ya?", katanya lagi sambil cekikikan. Kamil kemudian mendorongku, "Udah situ...ambil jatah lo, itu adik lo udah bangun tuh". Kamil dan Rani tertawa menyaksikan tonjolan dalam celana pendekku. Kontolku memang sudah berdiri sejak tadi dan membuat celana pendekku terlihat menonjol. Aku memang tidak mengenakan celana dalam dan hanya mengenakan celana pendek beserta kaos oblong. Kamil kemudian duduk di kursi dalam kamarnya. Akupun duduk di ranjang Kamil tidak tahu harus bagaimana. Rani kemudian bangkit dari tempat tidur. "Sebentar ya, aku ke kamar mandi dulu. Sperma Kamil banyak banget nih", katanya. Sewaktu Rani bangkit dan berjalan ke kamar mandi memang dari dalam veggy Rani mengalir turun ke pahanya yang putih mulus itu cairan putih kental. Veggy Rani terlihat agak melebar dengan warna kemerahan. Kamil hanya tertawa kecil saja melihat hasil perbuatannya. Sewaktu Rani di kamar mandi, Kamil memberi tanda acungan jempol padaku. Entah apa maksudnya. "Buka dong baju lo semua", kata Kamil kemudian. Akupun menelanjangi diriku. Aku tidak perduli lagi disitu ada Kamil. Begitu aku menarik turun celanaku, kontolku melenting keatas. Hal itu dilihat oleh Rani yang sedang melap veggynya. Dia tertawa, "Duh...udah langsung gede gitu ya?", katanya. Dengan tubuh indahnya yang telanjang, Rani mendekat kearahku. Saking tingginya hasratku, lututku sampai gemetar dan aku seperti menggigil kedinginan.

Rani kemudian mengambil lotion ditasnya dan membalurkannya ke kontolku yang sudah sangat keras. Rasanya nikmat kontolku di gosok dengan tangan lentik Rani yang cantik itu. "Mil...gemukan ini dari punya lo", ujarnya sambil menatap Kamil. Kamil hanya tersenyum. "Gitu ya?", jawab Kamil. "Kamu baring deh," kata Rani kemudian. Akupun baring di ranjang dan Rani kemudian mengambil posisi untuk memasukkan veggynya ke dalam kontolku. Detik detik kehilangan keperjakaanku aku saksikan dengan seksama dan dalam kenikmatan yang senikmat-nikmatnya. Hehehehe....

Pelan-pelan dia menurunkan pantatnya yang montok itu dan veggynya pelan-pelan menelan kontolku yang sudah berdiri dengan kerasnya. Aku melihat bagaimana bibir veggy Rani membuka dan seolah menghisap kontolku masuk ke dalamnya. Expressi Rani juga mengagumkan. Dia menggigit bibir bawahnya dan terlihat mengeden seperti orang sedang buang air besar. Tubuhnya sampai gemetar ketika melewati bagian tergemuk dari kontolku. "Ehhhhgggg....duh gemuk amat sih nih burung", katanya sambil mendesah. Setelah veggynya menelan habis kontolku, dia berhenti sejenak mengambil nafas. 
"Kamu udah gak perjaka sekarang", katanya menggodaku.
"Iya mba, makasih ya", jawabku sambil mencium bibirnya.
Dia pun mulai menggoyang pantatnya naik turun. Uuuuuggghhhh....nikmat benarrr.. Jadi ini yang disebut kenikmatan seks. Jauh lebih enak dari masturbasi. Pantesan banyak orang yang ketagihan. Apalagi Rani sangat piawai menggoyang pantatnya. Kadang di maju mundurin. Kadang diputer kaya nguleg sambel. Tentu saja tanpa melupakan gerakan naik turunnya yang erotis itu. Payudaranya ikut berayun mengikuti irama goyangannya. Secara insting, aku pun mencoba menghisap dan merangsangnya di payudaranya. Ternyata Rani sangat suka. Goyangannya kini ditambah dengan erangannya yang sangat merangsang itu. Rintihan Rani yang selama ini aku dengar sayup-sayup saja, kini aku dengar dengan sangat jelas di telingaku.

"Gimana rasanya?",tanya Rani disela-sela goyangannya.
"Enak mba...enak banget", jawabku. 
"Kalau mau keluar bilang ya sayang", katanya tersenyum. Uh cantik benar dia. Cantiknya beda dari biasanya. Cantik erotis. Aku sudah tidak perduli lagi dia pacar temanku. Aku juga tidak perduli ada Kamil disitu. Aku melirik sesaat ke arah Kamil. Aku lihat dia menggosok-gosok kontolnya yang sudah membesar lagi.

Mungkin karena belum pengalaman atau karena goyangan Rani yang maut, aku sudah sangat kesulitan menahan muntahan spermaku. Baru 5 menit aku digoyang, aku sudah tidak kuat lagi. "Mba....aku....mau...ke...lu...arr...". Rani segera menghentikan goyangannya dan mencabut veggynya dari kontolku. Aku agak kecewa juga karena rasa nikmatnya terputus tapi ternyata Rani ingin menelan spermaku. Dia mengocok kontolku dan menadahkan mulutnya dihadapan kontolku. Karena sudah tidak tahan, akupun memuncratkan spermaku. Banyak sekali yang keluar. Rani langsung mewadahi muntahan spermaku itu dengan mulutnya. Dia kemudian menelan sperma sebanyak itu yang ada dimulutnya. Saking banyaknya sampai ada beberapa yang mengalir keluar dari mulutnya.

"Sperma perjaka biar awet muda", katanya sambil tersenyum. Aku terbaring lemas setelah gelombang kenikmatan akibat muncratnya spermaku tuntas. Rani masih dalam posisi setengah menungging di hadapanku sambil memegangi kontolku yang mulai melemas ketika Kamil bangkit dari kursinya dan mendekati kami. Dia berkata, "Rani, kamu masih belum tuntas kan?", tanyanya sambil memegangi kontolnya yang ternyata sudah menegang kembali. "Huu..kamu tuh ya", hanya itu komentar Rani sambil tersenyum melihat kontol Kamil yang menghadap kearahnya. Kamil pun mengambil posisi di belakang Rani dan Rani yang sudah tahu apa yang akan terjadi tetap mempertahankan posisi setengah menunggingnya. Kamil kemudian mengangkat pantat Rani agak tinggi dan menariknya kebelakang dengan agak kasar. "Hey...pelan-pelan dong" ujar Rani setengah protes sambil tertawa. Namun tawa Rani segera berhenti dan berubah menjadi "Owwww....", ketika Kamil menjebloskan kontolnya ke dalam lubang kenikmatan miliknya. 

Kamil pun segera memompa tubuh indah Rani dan merekapun mulai mengayuh kembali kenikmatan ragawi bersama. Aku yang berada di hadapan mereka melihat dengan jelas bagaimana ekspresi keduanya. Rani dengan mulut terbuka, alis agak berkerut dan tubuh yang terayun-ayun mengikuti pompaan Kamil. Mulutnya mengeluarkan rintihan nikmat, "ah...ah...ah....". Melihat pemandangan seperti itu, akupun jadi terangsang lagi dan kontolku yang tadinya sudah lemas pelan-pelan mulai menegang kembali. Akupun bangkit dan mengangsurkan kontolku ke mulut Rani yang segera disambar oleh si cantik itu. Kini kedua lubang atas bawahnya telah terisi. Dibawah veggynya digenjot oleh kontol Kamil dan diatas mulutnya disumpal oleh kontolku. 

Kontolku dikulum dan disedot oleh mulut mungil Rani yang tidak henti-hentinya mendesah karena dientot oleh Kamil. Karena entotan Kamil itu, Rani jadi tidak konsentrasi dalam menghisap milikku. Terkadang dia menggantinya dengan kocokan tangan. Malah semakin lama ketika entotan Kamil semakin kencang, Rani hanya memegangi kontolku tanpa diapa-apakan. Karena posisi kontolku yang begitu dekat dengan wajahnya maka kontolku itu hanya menggesek-gesek pipinya saja. Karena nampaknya Rani kesulitan menangani dua kontol sekaligus maka akupun mengalah. Aku turun dari ranjang dan duduk di kursi yang tadi diduduki oleh Kamil. Akupun menyaksikan persetubuhan mereka yang semakin membara.

Entah berapa lama, mungkin sekitar 10 menitan, mereka sepertinya akan mencapai puncak kenikmatan bersama. Genjotan Kamil semakin cepat sementara rintihan Rani juga semakin sering dan keras terdengar. Sampai akhirnya Kamil dengan suara agak tersengal berkata,"Ran...gue...udah....mo...nyampe...". Mendengar itu Rani memutar-mutar pantatnya cepat sekali mengejar kenikmatan yang ingin diperolehnya bersama. Sampai akhirnya dalam suatu hentakan yang keras Kamil membenamkan kontolnya sedalam-dalamnya didalam veggy Rani. "Aaahh....", teriak mereka hampir berbarengan. Tubuh Rani bergetar hebat dan wajahnya menengadah dengan mata terpejam dan alis berkerut. Mulutnya terbuka lebar sambil memekik "Aahh...Aaaahh..." berkali-kali. Pantatnya didorong-dorongkan kebelakang seolah ingin menelan habis seluruh kontol Kamil yang masih tersisa. Mereka mendapakan puncak kenikmatan berbarengan dan hal itu berlangsung hampir selama 15 detik. Setelah itu mereka pun ambruk bertindihan. Kamil mencabut kontolnya lalu kemudian berbaring telentang disamping Rani yang masih tengkurap. Mereka berdua nampak tersengal-sengal dan berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. Rani kemudian memutar badannya baring menelentang.

Mereka berdua nampak kelelahan karena tak lama kemudian mereka tertidur. Aku yang masih merasa nanggung lalu bangkit mendekati ranjang dengan maksud untuk menuntaskan hasratku dalam veggy Rani. Aku tidak perduli dengan Rani yang masih kelelahan. Aku naik keatas ranjang dan menempatkan kontolku dihadapan veggy Rani yang masih tertidur. Dari dalam veggy itu mengalir cairan putih yang meski tidak sebanyak tadi tapi masih cukup jelas terlihat. Aku tidak tahu apakah Rani memang telah tidur atau berpura-pura saja karena ketika aku melap veggynya dengan baju Kamil yang ada diatas lantai, dia tidak bereaksi. 

Setelah aku yakin veggy Rani sudah cukup kering, pelan-pelan akupun menusukkan kontolku ke dalamnya. Ternyata dia tidak tidur karena meskipun matanya tertutup tapi dia menggigit bibirnya. Akupun mengecup bibir itu ketika kontolku telah terbenam seluruhnya. Dia membuka matanya sambil berpura-pura merajuk, "Kamu tuh masukin barang tanpa minta izin", katanya. "Habis masih penasaran sih mbak", ujarku sambil menciuminya dengan gemas. Dia membalas ciumanku dan kita pun berciuman cukup lama sampai akhirnya dia melepaskannya dan berkata sambil tersenyum, "Digoyang dong".

Akupun mulai menaik-turunkan pantatku dengan irama yang lambat. Rani ini memang luar biasa, karena setelah bersetubuh berkali-kali pun, dia masih bisa mengimbangi gerakanku. Dia menjepitkan kakinya dipinggangku sambil menggoyang-goyangkan pantatnya. Awalnya aku mengayuh dengan pelan dan tenang namun seiring dengan bertambahnya rasa nikmat di kontolku akupun meningkatkan tempo kayuhan pantatku. Nikmat yang tak mampu dilukiskan dengan kata-kata dirasakan kontolku. Nikmat itu menjalar ke seluruh tubuhku yang membuat aku semakin cepat mengayuh kenikmatan diatas tubuh Rani pacar teman kostku itu. Aku semakin cepat menggenjotnya dan Rani pun semakin erotis dalam menggoyang pantatnya. Goyangan yang membuat kontolku terasa dipilin dan diperas. Untungnya aku masih bisa menahan deraan kenikmatan yang ditimbulkan oleh jepitan veggy Rani sehingga tidak sampai muncrat terlebih dahulu seperti tadi. Kali ini aku bertekad untuk mengeluarkan spermaku dalam veggy Rani agar proses kehilangan keperjakaanku menjadi lengkap. 

Demikianlah, pacuan kenikmatan yang ditimbulkan oleh maju-mundurnya kontolku dan goyang "dangdut" pantat Rani berlangsung cukup lama. Kami tidak perduli lagi dengan Kamil yang telah tertidur disamping kami dan orangtua Rashid di kamar sebelah. Rani mulai lagi mengeluarkan rintihan-rintihan birahinya. Sampai akhirnya dia memegangi kedua bongkah pantatku dan mengatur gerakan pantatku agar kontolku menggosok daerah tertentu dalam veggynya. Daerah yang agak kasar dan menonjol dalam veggynya namun menimbulkan efek yang lebih nikmat bagi kepala kontolku.

Hal itu semakin menyulitkan aku dalam menahan desakan di ujung kontolku. Karena merasa akan segera keluar, aku mempercepat sodokanku dan ternyata hal itu mempercepat Rani untuk mencapai puncak kenikmatannya. Sodokan-sodokan cepat yang aku lakukan membuat rintihan Rani semakin keras pertanda semakin dekatnya dia dengan puncak kenikmatannya. Akhirnya saat itu tiba. Dengan satu teriakan keras,"Aaaah....", tubuhnya mengejang dan memelukku erat. Dia mencengkeram pantatku dan menempelkan dengan ketat tubuhnya ke tubuhku. Kakinya menjepit pinggangku dengan kuat. Aku merasakan veggynya berkedut dengan kuat dan membanjiri kontolku. Kedutan veggy Rani itu membuat kontolku serasa diremas-remas dan benar-benar membuatku tak mampu menahan muntahan di kontolku. Akhirnya kontolku memuncratkan isinya bersamaan dengan remasan veggy Rani terhadap kontolku. Kontolku yang sedang menumpahkan isinya itu ditambah dengan kedutan kuat veggy Rani yang menjepitnya menjadi nikmat ganda yang baru pertama kali aku alami dalam hidupku. Nikmatnya bukan alang kepalang. Rasanya aku dilempar ke sebuah tempat yang dalam tak bertepi. Pandangan mataku gelap dan tiap kali deraan kenikmatan itu datang rasanya aku seperti melihat titik cahaya dalam kegelapan itu. Benar-benar sebuah kenikmatan yang luar biasa. Rangkaian kenikmatan demi kenikmatan yang melanda diriku yang diakhiri dengan muncratnya spermaku di dalam veggy Rani menyempurnakan hilangnya keperjakaanku malam itu. 

Akhirnya aku ambruk dalam pelukan Rani. Aku mencium bibirnya dengan mesra dan sayang. "Makasih mba", ungkapku jujur padanya. Dia hanya tersenyum dan balas menciumku. Sebenarnya aku juga harus berterimakasih pada Kamil yang telah mengatur semua ini. Tapi dia telah tertidur disamping kami dan sudah tidak perduli lagi pada aktivitas kita. Aku mencabut kontolku dan menggelosoh turun dari tubuh Rani. Spermaku tumpah keluar dari dalam veggynya dan lumayan banyak mengalir melalui rekahan pantatnya. Aku berbaring disampingnya dengan tubuh lunglai. Jam telah menunjukkan pukul 12.30. Itu artinya sudah sejam lebih aku dikamar Kamil. Kami sama-sama terdiam dan Rani tak lama kemudian tertidur. Aku sendiri masih berbaring dalam keheningan mengingat-ngingat kembali malam yang luar biasa in

NIKMATNYA MASTURBASI

Hari ini aku libur, jadi bangunnya agak siang dari biasanya, apa lagi semalam aku tidur hampir dini hari karena asyik membuka mail box dan membalas email-email yang masuk. Ada seorang pembaca yang gentleman mengirimkan email padaku, isinya biasa-biasa saja dan sopan. Awalnya seperti email-email lain yang kubalas, selalu kucantumkan persyaratan yang kuinginkan bila mereka ingin melanjutkan berkenalan dan mengobrol denganku.

Pembaca yang satu ini lain daripada yang lain karena tanpa banyak komentar, pada email berikutnya langsung dia memberikan persyaratan yang kuminta. Aku pun berbagi foto dan berkirim email dengannya. Terus terang simpatik sekali dia, hanya saja aku belum memiliki foto dan data lengkapnya. Tapi aneh! Aku kok tiba-tiba jadi penasaran dengannya, semoga orangnya sesuai dengan keinginanku. Pada emailnya yang terakhir dia menanyakan cara mengobati ikan yang perutnya buncit. Ha.. ha.. ha.., kan tidak semua dokter hewan bisa mengobati ikan.

Kembali ke ceritaku, pagi ini ternyata kondisi rumahku kosong, kedua orang tua dan adikku entah pergi kemana. Hal ini biasa terjadi, mereka tidak mau mengganggu tidurku dan pergi mengunci rumah dari luar. Kami di rumah memang masing-masing memiliki kunci rumah sendiri-sendiri. Setelah membaca koran pagi sambil minum secangkir kopi, aku teruskan membaca koran di toilet kamar mandiku. Aku bermaksud buang hajat (Maaf! Aku berusaha menyampaikan apa yang kualami dengan apa adanya) sambil membaca koran. Pintu kamarku sengaja kubiarkan terbuka begitu saja, toh tidak ada orang lain di rumahku.

Kulepas kembali singlet yang baru kukenakan tadi sebelum keluar dari kamar, kulempar begitu saja, demikian pula dengan celana pendek longgar yang agak lebar di bagian bawahnya yang kupakai saat tidur. Kini aku sudah telanjang bulat tanpa sehelai pun benang yang menutupi tubuhku. Sejak kecil aku memang tidak suka dan tidak pernah menggunakan BH sehingga sampai saat ini di usiaku yang ke 28 aku tetap tidak memiliki satu pun BH untuk menutupi buah dadaku yang sintal dan ranum ini.

Aku terbiasa tidur bertelanjang dada dan seringkali bugil sambil memakai selimut tipis saja. Kalau semalam aku tidur hanya mengenakan celana pendek yang bentuknya seperti yang kuceritakan tadi, selain bentuknya yang mini, bahannya terbuat dari kain sutera tipis tembus pandang dengan karet elastis yang melingkar di pinggangku, sehingga bayangan bulu kemaluanku jelas dapat terlihat dari luar, karena di dalamnya aku sudah tanpa menggunakan apa-apa lagi untuk menutupi auratku, toh semua model CD-ku juga sexy dan mini sekali sehingga tidak ada fungsinya saat kupakai tidur, jadi sekalian saja tidak kupakai.

Selesai hajatku, kuletakkan koran yang kubaca tadi dan aku pun mandi. Kondisi kamar mandi dalam kamarku pun kubiarkan tetap terbuka sejak tadi hingga jika dari arah ruang tamu ada orang melongok kamarku yang pintunya terbuka pasti dapat melihat tubuh montokku di kamar mandi yang sedang mandi saat ini, namun aku tidak khawatir karena rumahku saat ini sedang kosong dan pintu depan dalam keadaan terkunci hingga aku tidak perlu khawatir ada orang yang tiba-tiba nyelonong masuk.

Kubasahi seluruh tubuhku di bawah shower kamar mandiku, rambutku pun kubasahi karena aku memang ingin keramas. Selesai keramas, kusabuni tubuhku dengan sabun cair, kugosok rata seluruh bagian tubuhku yang ramping dan sexy ini (Bukan GR lho! Karena memang demikianlah diriku). Tinggiku yang 170 centimeter termasuk cukup tinggi untuk ukuran seorang wanita, buah dadaku tidak terlalu besar, ukurannya normal sedang-sedang saja, bentuknya padat, puting susuku dan sekitarnya masih tampak ranum berwarna sedikit merah muda kecoklatan.

Pantatku sintal dan berisi, bagian depannya di bawah pusarku ditumbuhi bulu-bulu kemaluan yang halus, tumbuhnya rata rapi dan tidak terlalu panjang karena menempel di bawah pusarku menyeruak ke atas. Bulu-bulu kemaluanku hanya tumbuh di bagian atas kemaluanku, di sekitar vaginaku tetap bersih dan mulus. Kuusap dan kugosok dengan sabun cair tadi dengan rata, kujongkokkan sedikit tubuhku dan kuangkat sebelah kakiku bergantian dan kukangkangkan di atas bibir bathtub agar memudahkan tanganku menggosok dan membersihkan lipatan selangkanganku.

Tanganku yang satu lagi menggosok tubuhku bagian lain, kuelus-elus buah dadaku dengan lembut hingga terus terang menimbulkan rangsangan tersendiri bagiku. Libidoku tiba-tiba datang dan hasratku jadi memuncak, rasanya aku ingin berlama-lama menyabuni tubuhku, mataku yang lentik pun mulai sayu merem melek merasakan nikmatnya usapan tanganku sendiri hingga tanpa kusadari jariku kumasukkan ke dalam bibirku. Kuhisap telunjukku dan kukulum dengan mulutku yang mungil dan berbibir tipis, ada rasa sabun di lidahku hingga segera kuturunkan lagi jari-jariku ke bagian buah dadaku.

Kali ini bukan lagi belaian yang kulakukan, tapi aku sudah mulai melakukan remasan ke buah dadaku. Kupilin-pilin puting susuku dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjukku. Nikmat sekali rasanya, terlebih saat tanganku yang satu lagi tetap mengelus-elus selangkanganku. Saat jari-jariku mengenai bibir-bibir vaginaku, aku pun merasakan darah yang mengalir di tubuhku seakan mengalir lebih cepat daripada biasanya.

Aku sudah horny sekali, liang vaginaku sudah dibanjiri oleh lendir yang keluar dari dalam rahimku. Dapat kurasakan ada cairan lain di bibir vaginaku. Lalu jari-jariku kuarahkan ke klitorisku. Kutempelkan dan kugesek-gesek klitorisku dengan jariku sendiri hingga aku pun tak kuasa membendung gejolak dan hasratku yang semakin menggebu. Badanku meliuk bagaikan penari erotis yang biasa kulihat di BF, kedua kakiku pun tak kuasa lagi menopang tubuhku. Aku langsung terduduk di bagian atas bathtub, kukangkangkan pahaku dengan meletakkan kedua telapak kakiku di samping kiri dan kanan bibir bathtub.

Jari tengah dan telunjuk tangan kiriku kupakai untuk menyibak bibir vaginaku sambil menggesek-geseknya. Sementara jari tengah dan telunjuk tangan kananku aktif menggosok-gosok klitorisku, sekujur tubuhku masih dipenuhi oleh sabun cair yang kini sudah mulai berbaur dengan keringat dinginku yang mulai mengalir keluar, udara AC yang masuk dari kamar tidurku seakan tidak mampu menembus ke kamar mandiku.

Kualihkan jari tangan kananku ke arah lipatan vaginaku. Ujung jariku mengarah ke pintu masuk liang kenikmatanku, kusorongkan sedikit masuk ke dalam. Awalnya memang sedikit agak sulit masuk namun karena aku memang sudah benar-benar horny sehingga liang vaginaku juga sudah benar-benar basah oleh lendir yang licin hingga berikutnya jari-jariku dengan mudahnya menyeruak masuk ke dalam liang vaginaku. Kini jari tangan kiriku sudah tidak perlu lagi menyingkap bibir kemaluanku lagi hingga kualihkan tugasnya untuk menggesek-gesek klitorisku.

Kukocokkan jari tangan kananku keluar masuk liang vaginaku. Jari-jariku menyentuh dan menggesek-gesek dinding vaginaku bagian dalam, ujung-ujung jariku menyentuh benjolan sebesar ibu jari yang ada dan tumbuh di dalam liang vaginaku dan menghadap keluar. Kuangkat sedikit benjolan tadi dari bawah dengan jariku dan kugesekkan bagian bawahnya, punggung dan kepalaku jadi tersandar di dinding kamar mandi, seakan hendak pingsan rasanya.

Aku sudah benar-banar mencapai puncaknya untuk menuju klimaks saat ada sesuatu yang rasanya akan meledak keluar dari dalam rahimku, ini pertanda aku akan segera mencapai orgasme. Gesekan jari tangan kiri di klitorisku makin kupercepat lagi, demikian pula kocokan jari tangan kanan dalam vaginaku pun makin kupercepat pula. Untuk menyongsong orgasmeku yang segera tiba, pantatku bergetar hebat, kurasakan kedutan bibir vaginaku yang tiba-tiba mengencang menjepit jari-jariku yang masih berada di dalam liang senggamaku.

Bersamaan dengan itu aku merasakan sesekali ada semburan dari dalam yang keluar membasahi dinding vaginaku. Aku serasa sedang kencing namun yang mengalir keluar lebih kental berlendir, itulah cairan cintaku yang mengalir deras. Setelah diam sejenak meresapi apa yang baru saja terjadi, aku meneruskan mandi. Kubilas tubuhku dengan air melalui shower, di selangkanganku masih terasa cairan cintaku merembes keluar dari dalam liang vaginaku, mengalir turun melewati kedua belah pahaku.

Selesai mandi, kukeringkan badanku dengan handuk dan kukenakan kimono tipis bermotif kembang-kembang. Bentuk kimonoku ini cukup pendek ukurannya. Ujung bawahnya kurang lebih hanya sejengkal saja dari pangkal pahaku, kalau aku membungkuk pasti belahan pantatku akan tersembul keluar, demikian pula bila aku duduk saat mengenakan kimono ini pasti onggokan daging di pangkal pahaku juga akan mudah terlihat, karena memang kimono yang kukenakan ini bukan untuk digunakan di luar, fungsinya hanya bisa digunakan di kamar setelah selesai mandi agar tidak kedinginan saja.

Aku keluar menuju lemari es mengambil air dingin. Aku merasakan haus sekali setelah melakukan aktifitas tadi. Selesai minum tiba-tiba ada orang yang menekan bel. Kulongok keluar ternyata ada satpam yang mengantar tagihan iuran RT.

"Sebentar ya Pak", seruku.

Kuambil uang di dompetku dan aku keluar menuju pintu pagar. Sambil kusodorkan uang, kuterima bukti pembayaran yang kuterima dari satpam tadi. Waktunya hanya sebentar saja namun cukup membuat satpam tadi terbengong-bengong heran menatap penampilanku.

Rupanya tanpa kusadari, aku tadi keluar mengenakan kimono mini tadi. Bahan kainnya tipis sehingga saat kupakai menempel dengan ketat di kulitku yang memang belum kering betul saat kuhanduki tadi, apa lagi bagian depannya hanya ditutupkan begitu saja dan diikat dengan ikat pinggang tali yang terbuat dari bahan kain yang sama, dan ikatanku tadi juga asal-asalan saja sehingga bagian dadaku terbelah agak lebar, sehingga dari samping tepian buah dadaku yang putih mulus dapat terlihat dengan jelas secara hampir keseluruhan, hanya puting susuku saja yang tertutup.

Bagian bawahku rupanya juga tidak tertutup dengan rapi, selain ukurannya sudah pendek ke atas (mini), belahannya juga tidah rapat, kecuali di bagian yang terjepit oleh ikat pinggang kain tadi, sehingga rupanya saat aku berjalan melangkah keluar tadi belahan kimonoku bagian bawah tersingkap bergantian di kedua sisinya mengikuti irama langkahku. Berarti bagian ujung pangkal pahaku yang ditumbuhi bulu-bulu kemaluanku dapat terlihat dengan jelas oleh satpam tadi, pantas saja matanya melotot dan dia sempat terbengong-bengong saat melihatku keluar tadi. Persetan deh, pikirku, sudah telanjur mau apa lagi, ya mungkin itu rejeki satpam itu tadi.